LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
HUKUM
LAVOISIER
Disusun
Oleh :
Nama : Dwi Rahmasari Fatmawati
Kelas : X MIA 5
Nomor :
11
SMA NEGERI 7 PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
MEMBUKTIKAN
HUKUM LAVOISIER
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum
kimia adalah suatu keteraturan dalam ilmu kimia yang berlaku secara umum.
Hukum-hukum kimia perlu dipahami karena merupakan dasar untuk mempelajari
kimia. Hukum-hukum dasar kimia terbagi menjadi lima hukum, yaitu hukum
kekekalan massa (hukum Lavoisier), hukum perbandingan tetap (Hukum Proust),
hukum kelipatan berganda (Dalton), hukum perbandingan volum (Gay-Lussac), dan
hipotesis Avogadro. Namun pada makalah ini hanya membahas tentang hukum
kekekalan massa (hukum Lavoisier).
”Pada reaksi kimia, massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”
Selanjutnya
bunyi hukum ini disebut dengan hukum kekekalan massa atau hukum Lavoiser.
(syukri s.1999:23)
Hukum
kekekalan massa, kekekalan artinya tidak berubah jika direaksikan suatu zat
dengan zat lain. Baik suatu benda itu di bakar maupun dua zat di campur,
massa zat tersebut akan tetap. Fakta ini sangat menarik sekali bukan,
sebagai contoh selama ini kita beranggapan bahwa massa kayu sebelum dibakar
dengan sesudah dibakar akan berbeda, namun berdasarkan hukum kekekalan massa
ini ternyata anggapan kita ini salah. Hal ini membuat penulis tertarik
untuk mengetahui kebenarannya. Oleh sebab itu penulis akan membahas apa yang
dimaksud dengan massa, sejarah lavoiser dan penemuannya mengenai hukum
kekekalan massa, dan pembuktian hukum kekekalan massa. Sehingga makalah ini di
buat.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksut dengan
massa ?
2. Bagaimana sejarah lavoiser
dan penemuannya mengenai hukum kekekalan massa ?
3. Bagaimana cara pembuktian
hukum kekekalan massa ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian massa
Menurut (Raymond chang.2004:11) massa
adalah suatu ukuran yang menunjukkan kualitas materi di dalam suatu benda.
Istilah massa dan berat sering tertukar dalam penggunaannya walaupun
keduanya menunjukkan besaran. Tetapi merupakan besaran yang berbeda. Massa
memiliki satuan dasar berdasarkan Sistem Internasional (SI) adalah
Kilogram (Kg). Berbeda dengan pendapat Chang. Menurut (perucci.1985:6) massa
menunjukkan jumlah bahan dalam sebuah objek.
Dari dua pendapat tersebut mengenai pengertian
massa adanya sedikit perbedaan sehingga di simpulkan massa adalah suatu ukuran
yang menunjukkan kualitas materi atau jumlah bahan dalam suatu benda atau
objek.
Selama ini jika menimbang suatu benda kita selalu
mengatakan bahwa angka yang ditunjukan oleh sebuah timbangan itu adalah berat.
Padahal berat mempunyai satuan Newton (N) sedangkan satuan yang di miliki oleh
timbangan tersebut adalah Kilogram (Kg). dengan demikian saat kita menimbang
sebuah benda, angka yang di tunjukkan oleh timbangan tersebut bukanlah berat
melainkan adalah massa
Misalnya ada seseorang yang mengatakan berat
tubuhnya 60 Kg, padahal yang dimaksut tubuhnya bermassa 60 Kg. Dari penjelasan
contoh tersebut kita ketahui bahwa massa dan berat merupakan besaran yang
berbeda. Massa memiliki satuan Kilogram (Kg), sedangkan berat yang sebagaimana
kita ketahui memiliki satuan Newton (N).
2.2 Sejarah lavoiser dan penemuannya
mengenai hukum kekekalan massa
Antoine
Laurent Lavoisier, demikian nama lengkap ilmuwan kimia Perancis yang lahir pada
tahun 1743 di Paris. Selain menguasai ilmu kimia, Lavoisier juga menguasai
berbagai ilmu lainnya, seperti hukum, ekonomi, pertanian, dan geologi. Sebelum
menekuni ilmu kimia, Lavoisier mengikuti jejak ayahnya mempelajari ilmu hukum.
Meskipun mempelajari ilmu hukum, Lavoisier menunjukkan ketertarikannya dalam
ilmu sains. Pada tahun 1768, Lavoisier terpilih menjadi anggota Academie
Royale des Sciences (Akademi Sains Kerajaan Perancis), suatu komunitas
ilmuwan sains. Pada tahun yang sama, ia membeli Ferme Generate, perusahaan
swasta yang bergerak di bidang jasa pengumpulan pajak untuk kerajaan.
Lavoisier
diangkat menjadi Komisaris Polisi Kerajaan ketika berusia 32 tahun. Lavoisier
diberi tangggung jawab mengelola laboratorium serbuk mesiu. Ia mengembangkan
laboratoriumnya dengan merekrut kimiawan-kimiawan muda dari berbagai penjuru
Eropa. Lavoisier dan anak buahnya bekerja keras memperbaiki metode pembuatan
serbuk mesiu. Ia dan timnya berhasil meningkatkan kualitas dan kemurnian bahan
baku pembuatan mesiu, yaitu sendawa, belerang, dan batu bara. Hasilnya tidak
mengecewakan, serbuk mesiu yang dihasilkan laboratoriumnya menjadi lebih banyak
dan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Itulah awal perkenalan Lavoisier dengan
penelitian kimia. Sejak itu, Lavoisier semakin giat melakukan penelitian di
bidang kimia.
Usaha
keras Lavoisier didukung penuh oleh istrinya, yaitu Marie-Anne Pierrette
Paulze. Marie membantu suaminya menerjemahkan tulisan kimiawan Inggris, Joseph
Priestley. Selain itu, Marie-Anne Pierrette mempunyai keterampilan menggambar.
Keterampilannya ini digunakan untuk menggambar hasil-hasil penelitian
Lavoisier.
Sumbangan
terbesar Lavoisier terhadap pengembangan ilmu kimia sehingga dijuluki bapak
kimia Modern adalah keberhasilannya menggabungkan semua penemuan di bidang kimia
yang terpisah dan berdiri sendiri menjadi suatu kesatuan. Lavoisier membuat
kerangka dasar kimia berdasarkan hasil penelitian kimiawan sebelumnya, seperti
Joseph Black, Henry Cavendish, Joseph Priestley, dan George Ernst Stahl.
Pada
saat itu, para ilmuwan mempercayai bahwa reaksi pembakaran menghasilkan gas flogiston
sehingga massa zat setelah pembakaran lebih sedikit daripada sebelumnya. Hal
ini didasarkan pada percobaan yang dilakukan Priestley. Priestley memanaskan
oksida raksa (red calx mercury). Reaksi pemanasan padatan oksida raksa
menghasilkan air raksa dan gas tak berwarna di atasnya. Setelah ditimbang,
massa air raksa lebih sedikit daripada massa oksida raksa. Priestley menyebut
gas tak berwarna itu dengan istilah flogiston. Namun tidak demikian
dengan Lavoisier, ia meragukan adanya gas flogiston. Menurut dugaannya,
yang dimaksud flogiston adalah gas oksigen. Kemudian, Lavoisier
mengulang percobaan Priestley untuk membuktikan dugaannya. Ia menimbang massa
zat sebelum dan setelah reaksi pemanasan oksida raksa secara teliti menggunakan
timbangan yang peka. Ternyata, terjadi pengurangan massa oksida raksa.
Lavoisier
menjelaskan alasan berkurangnya massa oksida raksa setelah pemanasan. Ketika
dipanaskan, oksida raksa menghasilkan gas oksigen sehingga massanya akan
berkurang. Lavoisier juga membuktikan kebalikannya. Jika sebuah logam
dipanaskan di udara, massanya akan bertambah sesuai dengan jumlah oksigen yang
diambil dari udara. Kesimpulan Lavoisier ini dikenal dengan nama Hukum
Kekekalan Massa. Jumlah massa zat sebelum dan sesudah reaksi tidak berubah,
begitu bunyi hukum tersebut. Dengan penemuan ini, teori flogiston yang
dipercayai para ilmuwan kimia selama kurang lebih 100 tahun akhirnya tumbang.
Lavoisier juga menyatakan proses berkeringat merupakan hasil pembakaran lambat
di dalam tubuh.(Tiyan.2013)
Antonie
Laurent Lavoiser merupakan ilmuwan kimia perancis lahir pada tahun 1743, banyak
ilmu yang ia kuasai. Sebelum ia menekuni ilmu kimia dia mengikuti jejak ayahnya
mempelajari ilmu hukum. Istrinya Marie-Anne Pierrette selalu membantunya, ia
juga ahli dalam menggambar sehingga keahliannya itu digunakan untuk menggambar
hasil-hasil penelitian lavoiser. Lavoiser merupakan ahli kimia yang sangat
berjasa dalam perkembangan ilmu kimia khususnya dunia pendidikan. Banyak sekali
teori yang telah ia kemukakan salah satunya yaitu mengenai hukum kekekalan
massa.
Dia
mulai menemukan hukum kekekalan massa ini ketika kimiawan sebelumnya yaitu
Priestley melakukan percobaan reaksi pembakaran menghassilkan gas flogiston
sehingga massa zat setelah reaksi menjadi lebih sedikit dibandingkan
sebelumnya. Hal ini membuat lavoiser mengulangi percobaan tersebut dengan
melakukan oksida raksa, dari percobaan yang ia lakukan massa zat setelah
reaksi berkurang. Dia menjelaskan alasan berkurangnya massa tersebut karena
reaksi oksida tersebut menghasilkan oksigen dan terlepas ke udara. Jadi hukum
kekekalan massa hanya berlaku dalam ruang tertutup.
2.3 Percobaan Pembuktian Hukum
Kekekalan Massa
Sehubung
hukum kekekalan massa ini menarik penulis untuk mengetahui kebenarannya,
sehingga penulis melakukan percobaan tentang hukum kekekalan massa.
Hukum
Kekekalan Massa
2.3.1
Tujuan
1. Agar dapat memahami dan mengerti
Hukum kekekalam massa tersebut.
2. Dapat menyimpulkan hasil dari
praktikum tentang hukum kekekalan massa.
3. Dapat merumuskan kembali tentang
hukum kekekalan massa dalam bidang ataupun alat dan bahan yang lain.
4
Mengetahui
manfaat aplikasi hukum kekekalan massa.
5
Dapat
mengetahui penyimpangan hukum kekekalan massa.
2.3.2 Alat dan Bahan
NO
|
Alat
dan Bahan
|
Ukuran
/ Satuan
|
Jumlah
/Volume
|
1
|
Tabung
reaksi
|
Kecil
|
2
|
2
|
Neraca
analisis
|
-
|
1
|
3
|
Labu
Erlenmeyer
|
-
|
1
|
4
|
Gelas
Ukur
|
100
ml
|
3/
250 ml
|
5
|
Pipet
|
-
|
1
|
6
|
Larutan
Pb(NO3)2
|
0,1
M
|
3
ml
|
7
|
Larutan
KI
|
0,1
M
|
3
ml
|
8
|
Larutan
NaOH
|
0,1
M
|
3
ml
|
9
|
Larutan
CuSO4
|
0,1
M
|
3
ml
|
2.3.3
Langkah Kerja
1. Ambil larutan Pb(NO3)2 sebanyak 3
ml, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang sebelumnya sudah diukur dengan gelas
ukur
2.
Cuci
gelas ukur dan kemudian ambil larutan KI sebanyak 3 ml, masukkan ke tabung
reaksi
3.
Timbang
massa zat beserta wadahnya
4.
Catat hasilnya
5.
Kemudian
ambil zat dari tabung reaksi masukkan cairan dalam tabung reaksi ke dalam labu
Erlenmeyer
6.
Catat
hasil percampuran kedua zat Pb(NO3)2 + KI
7. ulangi percobaan lagi dengan
menggunakan percampuran larutan kedua yaitu NaOH + CuSO4
- Membuktikan hukum kekekalan massa (Hukum Lavosier) yang dinyatakan bahwa jika massa sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
2.3.4 Data Hasil Percobaan
Setelah
melakukan percobaan massa ada beberapa hasil yang telah kami peroleh.Tabung Y
yang berisi larutan NaOH + CuSO4 dan Pb(NO3)2 + KI
1.
Pb(NO3)2 + KI
a. Sebelum
bercampur = 75,5 gram
b. Setelah
bercampur = 75,5 gram
2. NaOH
+ CuSO4
a. Sebelum
bercampur = 73,6 gram
b. Setelah
bercampur = 73,6 gram
Dari
hasil percobaan yang telah kami lakukan bahwa Hukum Kekekalan Massa ini
terbukti kebenarannya dan sesuai juga dengan tujuan percobaan ini bahwa reaksi
kimia tidak menyebabkan perubahan massa. Selain hasil massa yang sama ada hasil
lain yang kami peroleh mengenai warna larutan NaOH + CuSO4 dan Pb(NO3)2
+ KI dari sebelum reaksi dengan sesudah reaksi. Warna larutan NaOH +
CuSO4 dan Pb(NO3)2.
1. Sebelum:
1. Sebelum:
Ø
Larutan Pb(NO3)2
0.1M = bening
Ø
Larutan KI 0.1M = bening
Sesudah:
Ø
Setelah larutan Pb(NO3)2
dan larutan KI direaksikan ternyata terjadi perubahan warna yaitu menjadi kuning
putih => kuning => kuning oranye
2. Sebelum:
Ø
Larutan NaOH 0.1M = bening
Ø
Larutan CuSO4 0.1M = bening kebiruan
Sesudah:
Ø
Setelah larutan NaOH dan larutan
CuSO4 direaksikan ternyata terjadi perubahan warna yaitu menjadi biru pekat
=> hijau toska => hijau lumut => hitam.
Sebenarnya
menurut teori jika larutan ini dicampurkan atau direaksikan warnanya akan
berubah menjadi warna biru pekat. Namun dalam percobaan ini terjadi beberapa
perubahan warna ini dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi percobaan
ini, yaitu zat terkontaminasi dengan aluminium foil sehingga warna zat berubah
beberapa kali.
Namun
kembali lagi mengenai tujuan percobaan ini hanya sebatas ingin membuktikan
bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama. Dan percobaan ini berhasil
sesuai bunyi Hukum Kekekalan Massa yaitu : ”Massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama”
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1
Simpulan
Massa adalah suatu ukuran yang
menunjukkan kualitas materi atau jumlah bahan dalam suatu benda atau objek.
Misalnya ada seseorang yang mengatakan berat tubuhnya 60 Kg, padahal yang
dimaksut tubuhnya bermassa 60 Kg. Dari penjelasan contoh tersebut kita ketahui
bahwa massa dan berat merupakan besaran yang berbeda. Massa memiliki satuan
Kilogram (Kg), sedangkan berat yang sebagaimana kita ketahui memiliki satuan
Newton (N).
Antonie Laurent Lavoiser merupakan ilmuwan kimia perancis
lahir pada tahun 1743, banyak ilmu yang ia kuasai. Sebelum ia menekuni ilmu
kimia dia mengikuti jejak ayahnya mempelajari ilmu hukum. Istrinya Marie-Anne
Pierrette selalu membantunya, ia juga ahli dalam menggambar sehingga
keahliannya itu digunakan untuk menggambar hasil-hasil penelitian lavoiser.
Lavoiser merupakan ahli kimia yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu kimia
khususnya dunia pendidikan. Banyak sekali teori yang telah ia kemukakan salah
satunya yaitu mengenai hukum kekekalan massa.
Dia mulai menemukan hukum kekekalan massa ini ketika
kimiawan sebelumnya yaitu Priestley melakukan percobaan reaksi pembakaran
menghassilkan gas flogiston sehingga massa zat setelah reaksi menjadi lebih sedikit
dibandingkan sebelumnya. Hal ini membuat lavoiser mengulangi percobaan tersebut
dengan melakukan oksida raksa, dari percobaan yang ia lakukan massa zat
setelah reaksi berkurang. Dia menjelaskan alasan berkurangnya massa tersebut
karena reaksi oksida tersebut menghasilkan oksigen dan terlepas ke udara. Jadi
hukum kekekalan massa hanya berlaku dalam ruang tertutup. Begitupun ketika
mereaksikan larutan NaOH + CuSO4 dan
larutan Pb(NO3)2 + KI massa larutan ini baik sebelum dan
sesudah reaksi juga sama. Percobaan ini dilakukan dalam ruang tertutup.
3.2 Saran
Dalam
makalah ini penulis hanya membahas sebatas apa pengertian massa, bunyi
hukum kekekalan massa dan pembuktian melalui percobaan. Sebenarnya masih banyak
hal yang perlu dibahas dalam hukum kekekalan massa seperti manfaat dan aplikasi
dalam kehidupan sehari-hari serta penyimpangan hukum kekekalan massa
Karena dalam beberapa kasus terdapat hasil yang berbeda dengan hukum ini serta
apa-apa saja yang menyebabkan penyimpangan ini. Oleh karena itu diharapkan
penulis selanjutnya untuk membahas mengenai hal-hal diatas. Sehingga,
pengetahuan kita tentang hukum kekekalan massa ini bertambah luas dan bersifat
membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Chang,
Raymond.2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga
Petrucchi,
Ralph H.1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid I.
Jakarta:
Erlangga
(di akses pada tanggal 28 April 2015
)